Dr. Yusuf Al-Qaradhawi
Dr. Yusuf Al-Qaradhawi adalah
ulama yang sangat masyhur di dunia karena kedalaman ilmu dan da'wahnya. Ia
menjadi rujukan banyak kalangan karena kemampuannya dalam menjawab segala
masalah umat sesuai dengan tuntunan Alquran dan hadits. ama lengkapnya adalah
Yusuf bin Abdullah bin Ali bin Yusuf. Sedangkan al-Qaradhawi merupakan nama
keluarga yang diambil dari nama daerah tempat mereka berasal, yakni al-Qardhah.
Ketika usianya belum genap 10 tahun, ia telah mampu menghafal Al-Qur'an
al-Karim. Seusai menamatkan pendidikan di Ma'had Thantha dan Ma'had Tsanawi, ia
meneruskan pendidikan ke Fakultas Ushuluddin Universitas al-Azhar, Kairo.
Pemikiran beliau banyak dipengaruhi oleh cendekiawan muslim Hasan Al Banna.
Biografi Dr.
Yusuf Al-Qaradhawi dari Biografi Web
Dr. Yusuf Qaradhawi lahir di sebuah desa kecil di Mesir
bernama Shafth Turaab di tengah Delta pada 9 September 1926. Usia 10 tahun, ia
sudah hafal al-Qur'an. Menamatkan pendidikan di Ma'had Thantha dan Ma'had
Tsanawi, Qaradhawi terus melanjutkan ke Universitas al-Azhar, Fakultas Ushuluddin. Dan lulus
tahun 1952. Hingga menyelesaikan program doktor pada tahun 1973. Untuk meraih
gelar doktor di Universitas al-Azhar, Kairo, ia menulis disertasi dengan judul
"Zakat dan Pengaruhnya dalam Mengatasi Problematika Sosial".
Disertasi ini telah dibukukan dan diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa,
termasuk dalam edisi bahasa Indonesia. Sebuah buku yang sangat konprehensif
membahas persoalan zakat dengan nuansa modern. Tapi gelar doktornya baru dia
peroleh pada tahun 1972 dengan disertasi "Zakat dan Dampaknya Dalam
Penanggulangan Kemiskinan", yang kemudian di sempurnakan menjadi Fiqh
Zakat. Sebuah buku yang sangat konprehensif membahas persoalan zakat dengan
nuansa modern.
Sebab keterlambatannya meraih gelar doktor, karena dia sempat meninggalkan
Mesir akibat kejamnya rezim yang berkuasa saat itu. Ia terpaksa menuju Qatar
pada tahun 1961 dan di sana sempat mendirikan Fakultas Syariah di Universitas
Qatar. Pada saat yang sama, ia juga mendirikan Pusat Kajian Sejarah dan
Sunnah Nabi. Ia mendapat kewarganegaraan Qatar dan menjadikan Doha sebagai
tempat tinggalnya. Selain itu, pada tahun 1957, Yusuf al-Qaradhawi juga
menyempatkan diri memasuki Institut Pembahasan dan Pengkajian Arab Tinggi
dengan meraih diploma tinggi bahasa dan sastra Arab.
Dalam perjalanan hidupnya, Qaradhawi pernah mengenyam
"pendidikan" penjara sejak dari mudanya. Saat Mesir dipegang Raja
Faruk, dia masuk bui tahun 1949, saat umurnya masih 23 tahun, karena
keterlibatannya dalam pergerakan Ikhwanul Muslimin. Pada April tahun 1956, ia
ditangkap lagi saat terjadi Revolusi Juni di Mesir. Bulan Oktober kembali ia
mendekam di penjara militer selama dua tahun.
Qaradhawi terkenal dengan khutbah-khutbahnya yang berani sehingga sempat
dilarang sebagai khatib di sebuah masjid di daerah Zamalik. Alasannya,
khutbah-khutbahnya dinilai menciptakan opini umum tentang ketidakadilan rejim
saat itu.
Qaradhawi memiliki tujuh anak. Empat putri dan tiga putra. Sebagai seorang ulama yang sangat terbuka, dia membebaskan anak-anaknya untuk menuntut ilmu apa saja sesuai dengan minat dan bakat serta kecenderungan masing-masing. Dan hebatnya lagi, dia tidak membedakan pendidikan yang harus ditempuh anak-anak perempuannya dan anak laki-lakinya. Salah seorang putrinya memperoleh gelar doktor fisika dalam bidang nuklir dari Inggris. Putri keduanya memperoleh gelar doktor dalam bidang kimia juga dari Inggris, sedangkan yang ketiga masih menempuh S3. Adapun yang keempat telah menyelesaikan pendidikan S1-nya di Universitas Texas Amerika. Anak laki-laki yang pertama menempuh S3 dalam bidang teknik elektro di Amerika, yang kedua belajar di Universitas Darul Ulum Mesir. Sedangkan yang bungsu telah menyelesaikan kuliahnya pada fakultas teknik jurusan listrik.
Dilihat dari beragamnya pendidikan anak-anaknya, kita
bisa membaca sikap dan pandangan Qaradhawi terhadap pendidikan modern. Dari tujuh anaknya, hanya satu
yang belajar di Universitas Darul Ulum Mesir dan menempuh pendidikan agama.
Sedangkan yang lainnya, mengambil pendidikan umum dan semuanya ditempuh di luar
negeri. Sebabnya ialah, karena Qaradhawi merupakan seorang ulama yang menolak
pembagian ilmu secara dikotomis. Semua ilmu bisa islami dan tidak islami,
tergantung kepada orang yang memandang dan mempergunakannya. Pemisahan ilmu
secara dikotomis itu, menurut Qaradhawi, telah menghambat kemajuan umat Islam.
Yusuf Qaradhawi dikenal sebagai ulama dan pemikir
islam yang unik sekaligis istimewa, keunikan dan keistimewaanya itu tak lain
dan tak bukan ia memiliki cara atau metodologi khas dalam menyampaikan risalah
islam, lantaran metodologinya itulah dia mudah diterima di kalangan dunia barat
sebagai seorang pemikir yang selalu menampilkan islam secara ramah, santun, dan
moderat, kapasitasnya itulah yang membuat Qaradhawi kerap kali menghadiri
pertemuan internasional para pemuka agama di Eropa maupun di Amerika sebagai
wakil dari kelompok islam.
Dalam lentera pemikiran dan dakwah islam, kiprah Yusuf
Qaradhowi menempati posisi vital dalam pergerakan islam kontemporer, waktu yang
dihabiskannya untuk berkhidmat kepada islam, bercearamah, menyampaikan masalah
masalah aktual dan keislaman di berbagai tempat dan negara menjadikan pengaruh
sosok sederhana yang pernah dipenjara oleh pemerintah mesir ini sangat besar di
berbagai belahan dunia, khususnya dalam pergerakan islam kontemporer melalui
karya karyanya yang mengilhami kebangkitan islam moderen.
Sekitar 125 buku yang telah beliau tulis dalam
berbagai demensi keislaman, sedikitnya ada 13 aspek kategori dalam karya karya
Qaradhawi, seperti masalah masalah : fiqh dan ushul fiqh, ekonomi islam, Ulum
Al Quran dan As sunnah, akidah dan filsafat, fiqh prilaku, dakwah dan tarbiyah,
gerakan dan kebangkitan islam, penyatuan pemikiran islam, pengetahuan islam
umum, serial tokoh tokoh islam, sastra dan lainnya. sebagian dari karyanya itu
telah diterjemahkan ke berbagai bahasa termasuk bahasa Indonesia, tercatat,
sedikitnya 55 judul buku Qaradhawi yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa
indonesia.
Selain tugas pokoknya sebagai pengajar dan da'i, ia
aktif pula dalam berbagai kegiatan sosial untuk membantu saudara-saudaranya,
umat Islam, di berbagai belahan dunia.
Mereka berkata tentang Dr. Yusuf Al Qaradawi sebagai berikut :
Hasan al Banna : "Sesungguhnya ia adalah
seorang penyair yang jempolan dan berbakat"
Imam Kabir Samahatus Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Bazz mantan mufti kerajaan Saudi dan ketua Hai'ah Kibarul Ulama berkata: "Buku-bukunya memiliki bobot ilmiah dan sangat berpengaruh di dunia Islam."
Imam Kabir Samahatus Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Bazz mantan mufti kerajaan Saudi dan ketua Hai'ah Kibarul Ulama berkata: "Buku-bukunya memiliki bobot ilmiah dan sangat berpengaruh di dunia Islam."
Imam al Muhaddits Muhammad Nashiruddin al Albany-ahli hadis terkemuka abad
20 berkata, "Saya diminta (al Qaradhawy) untuk meneliti riwayat hadis
serta menjelaskan kesahihan dan ke dha'ifan hadis yang terdapat dalam bukunya
(Halal wal Haram). Hal itu menunjukkan ia memiliki akhlak yang mulia dan
pribadi yang baik. Saya mengetahui semua secara langsung. Setiap dia bertemu
saya dalam satu kesempatan, ia akan selalu menanyakan kepada saya tentang hadis
atau masalah fiqh. Dia melakukan itu agar ia mengetahui pendapat saya mengenai
masalah itu dan ia dapat mengambil manfaat dari pendapat saya tersebut. Itu
semua menunjukkan kerendahan hatinya yang sangat tinggi serta kesopanan dan
adab yang tiada tara. Semoga Allah SWT mendatangkan manfaat dengan
keberadaannya." Mengapa pengikut ke-2 syaikh itu tidak mengambil manfaat
dari kesaksian mereka?
Imam Abul Hasan an Nadwi - ulama terkenal asal India berkata: "al
Qaradhawy adalah seorang 'alim yang sangat dalam ilmunya sekaligus sebagai
pendidik kelas dunia."
Al 'Allamah Musthafa az Zarqa', ahli fiqh asal Suriah berkata: "al Qaradhawy adalah Hujjah zaman ini dan ia merupakan nikmat Allah atas kaum muslimin."
Al 'Allamah Musthafa az Zarqa', ahli fiqh asal Suriah berkata: "al Qaradhawy adalah Hujjah zaman ini dan ia merupakan nikmat Allah atas kaum muslimin."
Al Muhaddits Abdul Fattah Abu Ghuddah, ahli hadis asal Suriah dan tokoh
Ikhwanul Muslimin berkata: "al Qaradhawy adalah mursyid kita. Ia adalah
seorang 'Allamah."
Syaikh Qadhi Husein Ahmad, amir Jamiat Islami Pakistan berkata: "Al Qaradhawy adalah madrasah ilmiah fiqhiyah dan da'awiyah. Wajib bagi umat untuk mereguk ilmunya yang sejuk."
Syaikh Thaha Jabir al Ulwani, direktur International Institute of Islamic Thought di AS - berkata: "Al Qaradhawy adalah faqihnya para dai dan dainya para faqih."
Syaikh Muhammad alGhazaly- dai dan ulama besar asal Mesir yang pernah menjadi guru al Qaradhawy sekaligus tokoh Ikhwanul Muslimin berkata: "Al Qaradhawy adalah salah seorang Imam kaum muslimin zaman ini yang mampu menggabungkan fiqh antara akal dengan atsar." Ketika ditanya lagi tentang al Qaradhawy, ia menjawab, "Saya gurunya, tetapi ia ustadku. Syaikh dulu pernah menjadi muridku, tetapi kini ia telah menjadi guruku."
Syaikh Abdullah bin Baih -dosen Univ. malik Abdul Aziz di Saudi - berkata: "Sesungguhnya Allamah Dr. Yusuf al Qaradhawy adalah sosok yang tidak perlu lagi pujian karena ia adalah seorang 'alim yang memiliki keluasan ilmu bagaikan samudera. Ia adalah seorang dai yang sangat berpengaruh. Seorang murabbi generasi Islam yang sangat jempolan dan seorang reformis yang berbakti dengan amal dan perkataan. Ia sebarkan ilmu dan hikmah karena ia adalah sosok pendidik yang profesional."
Syaikh Qadhi Husein Ahmad, amir Jamiat Islami Pakistan berkata: "Al Qaradhawy adalah madrasah ilmiah fiqhiyah dan da'awiyah. Wajib bagi umat untuk mereguk ilmunya yang sejuk."
Syaikh Thaha Jabir al Ulwani, direktur International Institute of Islamic Thought di AS - berkata: "Al Qaradhawy adalah faqihnya para dai dan dainya para faqih."
Syaikh Muhammad alGhazaly- dai dan ulama besar asal Mesir yang pernah menjadi guru al Qaradhawy sekaligus tokoh Ikhwanul Muslimin berkata: "Al Qaradhawy adalah salah seorang Imam kaum muslimin zaman ini yang mampu menggabungkan fiqh antara akal dengan atsar." Ketika ditanya lagi tentang al Qaradhawy, ia menjawab, "Saya gurunya, tetapi ia ustadku. Syaikh dulu pernah menjadi muridku, tetapi kini ia telah menjadi guruku."
Syaikh Abdullah bin Baih -dosen Univ. malik Abdul Aziz di Saudi - berkata: "Sesungguhnya Allamah Dr. Yusuf al Qaradhawy adalah sosok yang tidak perlu lagi pujian karena ia adalah seorang 'alim yang memiliki keluasan ilmu bagaikan samudera. Ia adalah seorang dai yang sangat berpengaruh. Seorang murabbi generasi Islam yang sangat jempolan dan seorang reformis yang berbakti dengan amal dan perkataan. Ia sebarkan ilmu dan hikmah karena ia adalah sosok pendidik yang profesional."
Analisis:
Dr. Yusuf Al-Qarqdqwi lahir
di sebuah desa kecil di Mesir bernama Shafth Turaab di tengah Delta pada 9
September 1926. Usia 10 tahun, ia sudah hafal al-Qur'an. Menamatkan pendidikan
di Ma'had Thantha dan Ma'had Tsanawi, Qardhawi terus melanjutkan ke Universitas
al-Azhar, Fakultas Ushuluddin. Dan lulus tahun 1952. Tapi gelar doktornya baru
dia peroleh pada tahun 1972 dengan disertasi "Zakat dan Dampaknya Dalam
Penanggulangan Kemiskinan", yang kemudian di sempurnakan menjadi Fiqh
Zakat. Sebuah buku yang sangat konprehensif membahas persoalan zakat dengan
nuansa modern.
Sebab keterlambatannya
meraih gelar doktor, karena dia sempat meninggalkan Mesir akibat kejamnya rezim
yang berkuasa saat itu. Ia terpaksa menuju Qatar pada tahun 1961 dan di sana
sempat mendirikan Fakultas Syariah di Universitas Qatar. Pada saat yang sama,
ia juga mendirikan Pusat Kajian Sejarah dan Sunnah Nabi. Ia mendapat
kewarganegaraan Qatar dan menjadikan Doha sebagai tempat tinggalnya.
Dalam perjalanan
hidupnya, Qardhawi pernah mengenyam "pendidikan" penjara sejak dari
mudanya. Saat Mesir dipegang Raja Faruk, dia masuk bui tahun 1949, saat umurnya
masih 23 tahun, karena keterlibatannya dalam pergerakan Ikhwanul Muslimin. Pada
April tahun 1956, ia ditangkap lagi saat terjadi Revolusi Juni di Mesir. Bulan
Oktober kembali ia mendekam di penjara militer selama dua tahun.
Qardhawi terkenal dengan
khutbah-khutbahnya yang berani sehingga sempat dilarang sebagai khatib di
sebuah masjid di daerah Zamalik. Alasannya, khutbah-khutbahnya dinilai
menciptakan opini umum tentang ketidak adilan rejim saat itu.
Qardhawi memiliki tujuh
anak. Empat putri dan tiga putra. Sebagai seorang ulama yang sangat terbuka,
dia membebaskan anak-anaknya untuk menuntut ilmu apa saja sesuai dengan minat
dan bakat serta kecenderungan masing-masing. Dan hebatnya lagi, dia tidak
membedakan pendidikan yang harus ditempuh anak-anak perempuannya dan anak
laki-lakinya.
Salah seorang putrinya
memperoleh gelar doktor fisika dalam bidang nuklir dari Inggris. Putri keduanya
memperoleh gelar doktor dalam bidang kimia juga dari Inggris, sedangkan yang
ketiga masih menempuh S3. Adapun yang keempat telah menyelesaikan pendidikan
S1-nya di Universitas Texas Amerika. Anak laki-laki yang pertama menempuh S3
dalam bidang teknik elektro di Amerika, yang kedua belajar di Universitas Darul
Ulum Mesir. Sedangkan yang bungsu telah menyelesaikan kuliahnya pada fakultas
teknik jurusan listrik.
Dilihat dari beragamnya
pendidikan anak-anaknya, kita bisa membaca sikap dan pandangan Qardhawi
terhadap pendidikan modern. Dari tujuh anaknya, hanya satu yang belajar di
Universitas Darul Ulum Mesir dan menempuh pendidikan agama. Sedangkan yang
lainnya, mengambil pendidikan umum dan semuanya ditempuh di luar negeri.
Sebabnya ialah, karena Qardhawi merupakan seorang ulama yang menolak pembagian
ilmu secara dikotomis. Semua ilmu bisa islami dan tidak islami, tergantung
kepada orang yang memandang dan mempergunakannya. Pemisahan ilmu secara
dikotomis itu, menurut Qardhawi, telah menghambat kemajuan umat Islam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar